Rabu, 23 Agustus 2017

Review Buku : Percy Jackson and The Olympians "The Sea of Monster"

Pengarang: Rick Riordan
Tahun Terbit: 2006
Penerbit: Mizan fantasi
Genre: Fantasy, Fiction, Adventure
Negara: USA
Pages: 367 Halaman

Rating : 3.5/5

Sinopsis Dari Cover Belakang:

Setelah menghabiskan musim panas lalu berjuang mencegah meletusnya peperangan besar antar para dewa dengan mencari petir asali Dewa Zeus, Percy Jackson ternyata belum bisa menikmati ketenangan. Kali ini dia kewalahan menghadapi teman barunya, Tyson, anak tunawisma berbadan besar dengan tingkah seperti anak kecil yang selalu mengekor Percy ke mana pun dia pergi. Lalu tiba-tiba Annabeth datang membawa kabar buruk: Perkemahan Blasteran—satu-satunya tempat perlindungan bagi anak-anak setengah dewa—terancam dikuasai oleh para monster. Seolah-olah belum cukup, pesan mimpi juga datang pada Percy yang menyiratkan sahabatnya Grover tengah dalam bahaya.

Tak tanggung-tanggung, untuk menyelamatkan Perkemahan Blasteran dan menemukan sahabatnya, Grover, Percy harus mengarungi Lautan Monster, tempat mengerikan yang dihindari oleh pelaut waras mana pun. Dan dalam perjalanannya kali ini, ramalan yang disimpan rapat-rapat oleh Chiron dan para dewa dari Percy pun perlahan-lahan mulai terkuak.



MY REVIEW:

Percy mendapat mimpi mengenai rencana pernikahan Grover. Dengan Cyclops. Cyclops jantan pula. Oke, ini memang aneh. LOL. Tapi di balik mimpi menggelikan itu, Percy tahu bahwa Grover dalam bahaya besar. Satu-satunya yang mampu menyelematkan Grover dari 'pernikahan' tak diinginkan itu hanyalah Percy. Belum sempat Percy memecahkan persoalan Grover, dia mendapat kabar buruk bahwa Perkemahan Blasteran —tempat teraman di dunia buat anak blasteran seperti dirinya, tidak aman lagi. Ada yang meracuni "Pohon Thalia" —pohon yang selama ini menjadi perisai perkemahan dari monster-monster dunia luar. Pohon itu diracuni sehingga kehilangan kekuatannya untuk menghalau monster. Akibatnya beberapa monster berhasil masuk ke perkemahan dan menyerang para anak blasteran.


Grover getting married! LOL

Chiron sebagai penanggung jawab perkemahan dipecat dan dijadikan kambing hitam untuk kerusakan pohon tersebut. Mengetahui perkemahannya terancam, Percy dan Annabeth tidak mau diam saja. Mereka memutuskan untuk mencari "The Golden Fleece" atau Bulu Domba Emas —yang menurut legenda mampu menyembuhkan berbagai kerusakan maupun penyakit mematikan. Bulu Domba itulah satu-satunya harapan mereka untuk menyembuhkan "Pohon Thalia". Masalahnya benda itu menurut rumor ada di sebulah pulau yang berada di Laut Monster. Dan bukan Percy yang mendapat misi untuk menemukannya, Clarisse lah yang ditugaskan untuk menemukan "The Golden Fleece". Seakan semua itu belum cukup membuat Percy frustasi, suatu hari Poseidon (ayah Dewa Percy) mengakui Cyclops muda yang bernama Tyson sebagai anaknya. Mau tak mau Percy kini punya saudara tiri Cyclops. Annabeth membenci Tyson sementara Percy sendiri diejek oleh seluruh penghuni perkemahan karena bersaudara dengan Cyclops. 

Grover yang dalam bahaya kawin paksa, perkemahan terancam bahaya, Chiron dipecat, Percy yang tak punya misi sehingga ia praktis tidak bisa keluar dari perkemahan untuk menyelamatkan Grover, dan saudara tiri Cyclops— lagi-lagi Percy harus terlibat dalam petualangan yang tidak hanya mengancam keselamatannya tapi juga orang-orang yang ia sayangi.


Well, buku ini lebih baik dalam banyak aspek dibanding buku pertama. Aku menemukan diriku lebih mudah terlarut dalam petualangan Percy mengarungi Lautan Monster. Tidak hanya misi yang lebih berat, buku ini juga membuka beberapa rahasia yang selalu berusaha ditutupi di buku pertama. Bahkan beberapa kisah masa lalu akhirnya terungkap. Salah satunya adalah kisah di balik "Pohon Thalia" yang sedang berusaha diselamatkan oleh Percy dkk. Lewat buku ini pula aku menemukan kelucuan yang tidak kutemukan lewat buku yang pertama. Ternyata Rick Riordan memang mampu melucu seperti yang dikatakan orang. Aku berhasil dibuatnya tertawa beberapa kali. Finally!

Thalia's Tree
Meet Tyson, Son of Poseidon

Sementara untuk para karakter dalam buku ini, yah kita akan ketemu lakon baru —Tyson, saudara tiri Percy. Dia digambarkan dungu dan polos, tapi di sisi lain dia sangat kuat dan berguna dalam misi mereka. 

My Favorite Scene on the movie :))
Sementara untuk Percy dan Annabeth yang semakin akrab —aku jadi punya sense mereka sebetulnya team yang kompak. Annabeth ini sebenernya baik dan sangat setia kawan asal dia mampu menahan diri. She's smart, incredibly smart —ga heran dia suka gemes liat tingkah Percy yang kadang memang tolol. Terutama ketika di Pulau Circe, beneran itu epic banget! LOL. Kalau di buku pertama aku kurang menyukai Percy maupun Annabeth, dalam buku ini aku mulai bersimpati dengan keduanya. Terutama dengan Percy. 

Adegan ini juga improvisasi tapi masih oke, karena Puri Andromeda memang Kapal Luke
Sementara Luke, yah Luke yang di buku ini sangat berbeda dengan buku pertama. Perannya sebagai tokoh antagonis dengan kuat disampaikan penulis sehingga mustahil pembaca ga membencinya. Aku sekarang ikutan ilfeel dan berharap banget dia berhenti bikin masalah dengan para demigod. Jujur aku juga mulai khawatir dengan rencana Luke untuk membangkitkan Kronos, musuh utama sekaligus ayah para Dewa-Dewi Olympus.



Ending buku ini jelas sangat memuaskan. Kenapa? Bukan, bukan karena semua misi akhirnya terselesaikan dengan baik dan semua selamat. Itu kabar baik tapi aku ga terlalu terkesan. Aku merasa semesta seperti membantu Percy, kapanpun ia dalam bahaya maut ada aja penolong yang menyelamatkannya di detik terakihir.(Ini ga termasuk spoiler, jadi jangan tersinggung!) Yang aku maksud memuaskan adalah bagian twist-nya. Sebuah open ending yang membuatku ga sabar membaca buku Percy Jakson yang berikutnya —The Titan Curse. Harus kuakui cerita di buku ini jadi sangat make sense ketika bagian akhir itu dipaparkan. Aku bisa merasakan bahwa petulangan Percy selanjutnya ga akan penuh kemenangan seperti yang sebelum-sebelumnya. The real adventure already begin!


Dan untuk yang sudah nonton versi film-nya, pasti tau ending macam apa yang membuatku puas setengah hidup :p


Oke, sekarang mari bahas versi film dari buku kedua Percy Jackson ini. Kalau mau jujur, aku masih menyukai cast yang kembali bermain dalam film keduanya. Logan Lerman dan Alexandra Daddario —mereka masih memerankan Percy dan Annabeth dengan baik. Tapi, aku sangat ga menyukai bagaimana sutradara mengubah karakter Annabeth yang kuat dan pemberani di film pertama menjadi lemah dan biasa-biasa saja di film kedua. Seperti yang aku bilang sebelumnya tentang Annabeth, she's super smart and anything tapi di film dia ga digambarkan sepintar itu. 

Mungkin adegan ini supaya lucu aja..tapi jelas Annabeth GA PERNAH seceroboh ini 

Bagaimana mungkin Annabeth harus tersansung kakinya sendiri ketika dikejar monster lalu minta bantuan Percy untuk membantunya melarikan diri?!! Gak Annabeth banget!! Aku emang ga gimana-gimana sama Annabeth, belum—tapi aku ga suka dia digambarkan sebodoh itu. Kenyataan-nya, dia lah yang seharusnya menyelamatkan Percy berkali-kali berkat otak-nya yang encer itu. Buatku, Hollywood seakan merendahkan Annabeth hanya untuk membuat tokoh Percy lebih bersinar. And I hate that! Annabeth deserve better, I mean Alexandra Daddario deserve a better scene!

This is wrong!!

Selain itu film-nya ber-improvisasi dengan membuat adegan kebangkitan Kronos berkat "The Golden Fleece" yang di buku jelas ga disebut-sebut sama sekali. Buatku itu fatal. Improvisasi yang bisa dikatakan salah alamat. Aku bener-bener setuju apabila mereka berhenti melanjutkan film Percy Jakson. Karena mereka harus benar-benar menggodok script untuk film-nya dengan lebih baik lagi. Dalam buku Sea of Monster, seharusya banyak adegan super keren yang bisa diwujudkan tapi mereka justru memilih menciptakan adegan tambahan macam kebangkitan Kronos. Dan adegan akhir di film yang seharusnya membuat semua orang terperengah jadi terasa 'meh' karena kaitannnya dengan cerita jadi rusak akibat (lagi-lagi) adegan pembangkitan Kronos itu. What the.. 

Yeah..that's a bad idea!

Ga heran banyak fans Percy Jackson jadi kecewa dan membenci versi film-nya. Sebagai kompromi, aku cuma bisa mengatakan mereka hebat dalam satu hal: memilih Lorgan Lerman dan Alexandra Daddario sebagai pemeran utama.

Percy Jackson fans's feeling! Literally :))
Ngomong-ngomong tentang perbedaan karakter dalam film, selain Annabeth yang mereka buat jadi semacam "Bella Swan" mereka juga memermak Clarisse sedemikian rupa. Seharusnya tokoh Clarisse sudah ada di buku pertama tapi kita baru say hello dengannya di film Percy Jackson yang kedua. And she supposed to be ugly. Percy jelas menggambarkan Clarisse tukang gencet dan berbadan perkasa seperti cowok. Tapi di film yah.. you'll see..


So, this is my review about Sea of Monster. I can't wait to read the next book "The Titan Curse". See you at my next review! ;)

Bonus: 

This was epic! :)) If you read the book, you'll know what I mean. Unfortunately, they didn't include this on the movie :(

Dan kayaknya butuh space untuk mengapresiasi penampilan Logan Lerman dan Alexandra Daddario sebagai Percy dan Annabeth, karena mereka ga akan bermain lagi dalam film Percy Jackson selanjutnya. Jujur saja film itu sudah tamat. Hollywood ga akan melanjutkan franchise ini. Sedih sih, tapi lebih baik daripada mereka terus menerus mengecewakan fans Percy Jackson. 








And this one is cute, it's like every body ship them to be together:


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...