Rabu, 16 Agustus 2017

Book Review : Percy Jackson and The Olympians "The Lightning Thief"

Pengarang: Rick Riordan
Tahun Terbit: 2006
Penerbit: Mizan fantasi
Genre: Fantasy, Fiction, Adventure
Negara: USA
Pages: 454 Halaman

Rating : 3/5

Sinopsis Dari Cover Belakang:

Percy Jackson—dua belas tahun, penderita disleksia—hampir dikeluarkan dari sekolah asramanya ... lagi. Tetapi itu hanya sedikit saja dari sekian masalah yang menantinya. Monster-monster dan dewa-dewi dari Gunung Olympus tampaknya berebutan keluar langsung dari buku pelajaran Sejarah Yunani milik Percy. Lebih parah lagi, Percy telah membuat beberapa di antara mereka marah besar. Petir asali milik Dewa Zeus telah hilang dicuri, dan Percy adalah tersangka utamanya.

Kini Percy dan dua orang kawannya hanya punya waktu sepuluh hari untuk mencari dan mengembalikan benda keramat tersebut dan mendamaikan kembali perang yang hampir pecah di Gunung Olympus. Tetapi tantangannya jauh lebih berat dari itu, Percy akhirnya harus berhadapan dengan kekuatan mengerikan yang bahkan lebih hebat dibandingkan pada dewa sendiri.

MY REVIEW:


Percy adalah Anak Setengah Dewa. Ia memiliki ibu manusia biasa dan ayah Dewa. Anak-anak seperti dirinya punya sebutan —anak blasteran. Karena itulah ia harus mengungsi ke sebuah perkemahan khusus yang memang ada untuk menampung anak-anak blasteran seperti dirinya dari seluruh negeri. Camp Half-Blood. Sebab kalau enggak dia akan diburu monster dan bisa saja mati kalau ga menerima pelatihan dan perlindungan dari perkemahan blasteran. Anak-anak seperti dirinya punya ciri, biasanya mereka selalu bikin masalah di sekolah, dikeluarkan dari satu sekolah ke sekolah lain, diseleksia, dan GPPH (gangguan perhatian, mereka selalu bergerak secara berlebihan semacam ga bisa diam atau hiperaktif). 

Ketika akhirnya ia berhasil mencapai perkemahan blasteran —dengan pengorbanan yang sangat mahal, ia akhirnya bertemu dengan Annabeth (anak Dewi Athena), Grover (Satyr —manusia setengah kambing, sekaligus sahabatnya di sekolah-nya yang terakhir), Luke (Anak Dewa Hermes), Clarrise (Anak Dewa Ares), Chiron (Centaurus) —pengurus perkemahan, dan Pak D (Dyonisius —Dewa Anggur). Kedatangannya kesana tak serta merta disambut meriah dan hangat. Percy punya segudang pertanyaan. Tapi tidak ada seorangpun yang mau memberikannya jawaban jelas dan mendetail. Sebelumnya, dia tak pernah percaya dewa-dewi itu nyata. Tapi mendadak ia diberitahu bahwa mereka nyata —dan ia adalah keturunan salah satu dari para dewa-dewi itu. Pertanyaan utama yang sekarang perlu untuk dijawab adalah: ia anak Dewa yang mana? 

Perkemahan itu tidak hanya menyediakan informasi mengenai identitas ayahnya, disana Percy juga mendapati kenyataan pahit. Ia dituduh mencuri petir milik Zeus —Dewa Petir. Bagaimana bisa Percy yang baru saja mengetahui identitas aslinya mendadak menjadi buronan para Dewa? Belum sempat ia menjernihkan kesalahpahaman ini, ia juga menerima ramalan yang mengarah pada kegagalan dan pengkhianatan dari seorang teman yang akan ia terima dari misi pertamanya. Sebenarnya, Percy  sedang terlibat dalam masalah apa?

He's CUTE! Rite? <3

Sebelumnya, sekedar informasi aja (yang aku yakin seluruh dunia sudah tau), buku ini sudah dijadikan film. Dengan judul yang sama. Pemeran Percy adalah Logan Lerman —yang imut-imut itu dan pemeran Annabeth adalah si cantik nan sexy Alexandra Daddario. Aku sudah nonton versi film-nya jauh sebelum akhirnya aku menyentuh bukunya. Untungnya, aku sudah lupa hampir sepenuhnya, seperti apa cerita Percy Jackson versi film layar lebar. Jadi aku ga sibuk membandingkan keduanya, karena perbedaan-perbedaan nya (yang katanya mencapai 75% itu) jelas sekali akan mengganggu keasikan membaca kalau ingatanku masih berjalan dengan baik :p 

She suppose to be blonde but she's beautiful so it's okay :))

Keuntungan dari sudah nonton versi film-nya sebelum baca bukunya adalah, aku jadi bisa membayangkan karakter Percy yang ada di buku seganteng dan seimut Logan Lerman. Demikian pula si pintar Annabeth, yang cocok sekali diperankan oleh Alexandra Daddario, membuatku menyadari betapa menariknya si Annabeth ini (terlepas dari kejudesannya pada Percy).


Secara keseluruhan buku ini asyik untuk dibaca. Awalnya aku sedikit bosan, seringkali aku meletakkan buku ini hanya untuk sekedar mengecek pesan LINE dari Starbucks (bayangkan, pesan sponsor aja mampu mengalihkan perhatianku!) dan kawan-kawannya. Tapi mencapai pertengahan buku, cerita mulai bergulir dengan tempo yang lumayan cepat. Ketegangan demi ketegangan mulai mewarnai cerita, harus aku akui karakter Percy yang jenaka dan sinis sangat membantu dalam mempertahankan keasikan cerita. Sementara karakter Annabeth yang galak dan tegas —juga pintar, masih belum terlalu menarik simpati. Karakter Grover yang mudah takut namun setia kawan sangat pas mengimbangi kekuatan karakter Percy yang spontan dan Annabeth yang berkepala dingin —tapi keras kepala. Seringkali memang Grover menjadi penengah bagi keduanya. 

Jake Abell as Luke at Percy Jackson's movie

Untuk karakter favorit, sejujurnya aku menyukai Luke. Bukan Percy. Kenapa? Karena mungkin aku sedangkal Annabeth hahahaha. Gak sih, Annabeth ga dangkal aku yang dangkal hahahaha. Luke disini digambarkan tampan, menarik, ramah, kolerik, charming, tapi juga jago pedang —jago apa saja sih kayaknya. Jadi aku sangat memahami perasaan Annabeth yang naksir berat sama Luke dan selalu salah tingkah bila Luke ada di sekitarnya. Walaupun aku tahu sih pada akhirnya Luke berakhir menjadi apa melalui film-nya, tapi buatku dia tetap menarik. Meski begitu, di akir buku aku akhirnya memutuskan untuk lebih menyukai Percy, sedikit :p

I'm ready to laugh..

Aku berharap buku ini selucu yang digunjingkan banyak orang. Aku membuka buku ini dengan harapan akan tertawa terbahak-bahak. Tapi sayangnya enggak :( Rick Riordan terkenal dengan cara berceritanya yang lucu. Beliau memang menggambarkan Percy seperti remaja yang seringkali melakukan tindakan-tindakan spontan —idiot kalau kata Annabeth, ceroboh, dan sembrono but in interesting wayyou would never hate him, but it's not enough for me. Mungkin, itu bisa jadi karena terjemahannya yang ga terlalu bagus. Atau memang aku yang belum terlalu jatuh hati dengan Percy di buku ini. But after all, it's not a bad book. Banyak yang bilang background mitologi Yunani yang dipakai Rick Rordan ini MELENCENG jauh dari motologi Yunani yang sesungguhnya. Katanya buku ini emang semacam pelesetan-nya. Tapi karena mitologi Yunani itu sejatinya memiliki ribuan versi, jadi sah-sah saja sih pada akhirnya.

Zeus

Poseidon

Hades

Last but not least, aku mau komentar tentang para dewa yang dibahas di buku ini. Satu kata buat mereka: PARAH! Kalau aku Percy, aku jelas-jelas ga mau mempertaruhkan nyawa untuk para dewa yang seperti itu. Jadi anak mereka pun ga mau. Dewa yang ada di dunia Percy seringkali lebih banyak menimbulkan masalah ketimbang menyelesaikannya. Sejujurnya mereka jauh lebih buruk dari manusia. Seingatku, yang di film karakter para dewa-nya ga digambarkan seburuk itu. Bahkan pemerannya oke. Tapi jangan tanya yang di buku deh ya. Gak banget! Untung aja aku memang ga pernah percaya dengan dewa-dewi Yunani. Toh ini cuma cerita fiksi. Cuma, melihat mereka digambarkan berkuasa dan dengan bangga —juga gila hormat, menyebut diri mereka "God", mau ga mau aku jadi ingin komentar! What an awful God!

Untuk itu aku memberi rating 3 dari 5 untuk buku ini. Let's begin new adventure with Percy at The Sea of Monsters ^^ 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...